Minat Baca Anak Rendah? Cermin Dulu Kebiasaan Membaca Kita Sebagai Orang Dewasa

Table of Contents

Ada postingan menarik yang saya temukan di Instagram baru-baru ini dengan judul atau tema "Miris Sekali membaca komentar orang-orang dewasa soal minat baca seolah anak-anak lah yang bermasalah"


Dalam post itu membahas bagai mana orang dewasa atau bisa kita sebut netizen yang berbudiman itu memberikan komentarnya terkait rendahnya minat membaca anak-anak zaman sekarang yang menjadi keresahan menurut mereka. Hal ini membuat mereka dengan mudahnya menyalahkan anak-anak: "Anak-anak zaman sekarang mah sukanya main HP terus", ada juga yang berkomentar "Anak sekarang gak suka membaca, beda dengan zaman kita dulu", Dan ada beberapa komentar lainya yang mungkin akan sangat banyak sekali bisa kita tuangkan dalam blog ini. Namun sudah benarkan kita melimpahkan kesalahan ini kepada anak-anak?

Padahal yang berkomentar seperti tadi belum tentu dari mereka orang dewasa yang suka membaca atau memiliki literasi yang memumpuni, bahkan bisa jadi mereka adalah orang dewasa yang jarang sekali menyentuh buku, dan malah kerjaannya hanya menscroll hp dari duduk sampai berdiri bahkan duduk kembali. Hal ini apakah pantas menjadikan kita menuntut anak-anak untuk rajin membaca padahal kita sendiri tak memberikan teladan yang baik dalam membaca.

Perlu kita ingat bahwa anak adalah peniru ulung. Mereka selalu belajar bukan hanya dari apa yang orang dewasa sampaikan kepada mereka, namun mereka lebih banyak belajar dari apa yang mereka lihat (tiru). Sederhananya bila di dalam rumah tidak ada obrolan bahkan orang tua memberikan contoh dalam memegang buku atau bahkan membaca buku bagaimana anak bisa terbiasa dengan buku? Minat membaca tidak tumbuh begitu saja namun perlu adanya pembiasaan yang dibiasakan dari kecil dan dicontohkan oleh orang tua nya di rumah dan orang dewasa di lingkungannya.

Alih-alih memberikan ceramah panjang kali lebar terkait membaca atau memaksa mereka memiliki kemampuan literasi yang baik, mari kita mulai dari diri kita sendiri. Tanyakan pada diri ktia apakah kita sudah sering menyentuh buku dan membacanya? apakah anak-anak sudah melihat kita membaca serta menikmati bacaan? lalu apakah kita sudah mengajak mereka (anak-anak) berdiskusi tentang apa yang mereka baca atau tentang cerita yang ada?

Menghakimi anak-anak karena rendahnya minat baca adalah bentuk ketidakadilan yang halus tapi menyakitkan. Karena yang sebenarnya terjadi adalah, kita sebagai orang dewasa belum menciptakan lingkungan yang mendukung mereka untuk jatuh cinta pada membaca. Anak-anak bukan masalah. Yang bermasalah adalah budaya kita yang tak menempatkan membaca sebagai kebiasaan bersama, sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.

Sudah seharusnya kita berhenti menyalahkan dan mulai menjadi bagian dari jawaban terkait masalah ini. Jadilah contoh bagi anak-anak. Bacalah buku di rumah, bacakanlah cerita kepada anak-anak, ajak mereka ketoko buku atau keperpustakaan pada masa liburan, atau paling ringan bertukar cerita dengan anak-anak terkait cerita yang sudah mereka baca. Sebab ika anak melihat bahwa membaca adalah bagian dari kehidupan orang dewasa yang mereka kagumi, maka perlahan mereka akan tertarik juga untuk mengikuti.
Mari kita ingat: anak-anak tidak perlu diceramahi soal pentingnya membaca. Mereka hanya perlu melihat bahwa kita membaca.

Posting Komentar