Kesombongan, Ego, dan Arogansi: Racun Diri yang Mengundang Kehancuran

Daftar Isi
Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri.”- Lukman : 18

 Dalam hidup ini sungguh miris rasanya bila kita melihat seseorang yang terjatuh disebabkan oleh kesombongannya. Sepanjang sejarah kita telah dilihatkan bagaimana manusia yang pernah berada pada puncak hidupnya namun ditutup dengan keterpurukan, hal ini disebabkan oleh 3 sifat yang selalu berkaitan yaitu kesombongan, ego berlebih, dan arogansi. ketiga sifat ini bagaikan racun mengelapkan hati dan jiwa, sehingga manusia kehilangan akal bijaksana dan pada akhirnya ia akan mengalami kehancurannya sendiri.

Pride (kesombongan) digambarkan dalam nilai positif adalah mengambarkan harga diri seseorang dengan wajar, bisa juga perasaan bangga atas pencapaian dari kerja kerasnya. Namun bedahalnya bila Pride dalam nilai negatif hal ini akan menciptkan kesombongan hal ini menjadikan kita sebagai musuh terbesar manusia. Sebab kesombongan adalah ujung atau bentuk dari pride yang kehilangan identitas atau bahasa kita adalah kacang lupa kulitnya. Hal ini menciptakan perasaan bahwa kita dalah orang yang superior dibandingkan orang lain.

Perubahan Nilai Pride: Motivasi - Destruksi

Sifat sombong pada diri manusia sering kali diawali dari pencapaian yang terlegitmate. Seperti seorang mahasiswa yang selalu berhasil dalam mencapai nilai tertinggi, atau seorang pengusaha yang selalu berhasil mengembangkan bisnisnya, atau juga seorang atlite yang belum pernah mengalami kekalahan disetiap pertandingan yang ia lalui. Semua itu adalah pondasi yang masih wajar apabila merasa bangga. Namun, semua itu akan tidak wajar jika pride kamu tidak lagi diimbangi dengan kesadaran akan keterbatasan diri.

Ketika seseorang sudah mulai percaya bila apa yang mereka dapatkan saat ini adalah buah dari kehebatan dirinya semata, dan mengabaikan faktor pendukung lainnya baik itu oranglain, keberuntungan, dan karunia Tuhan YME, maka pride mulai bermetafora menjadi kesombongan yang destruktif. Hal ini menjadikan mereka merasa berbeda, lebih istimewa, dan tidak perlu belajar lagi dari orang lain.

Berikut MinGu sudah membuatkan beberapa list tanda-tanda ketika pride kita sudah bernilai negatif apabila:

  1. ketidak mampuan menerima kritik
  2. Sindrom "saya tau segalanya"
  3. Sulit untuk meminta maaf
  4. tidak memiliki empati lagi

Ego: Membutakan Segalanya

Selain pride yang bermuatan negatif ada juga ego yang berlebih akan menghancurkan diri secara perlahan. Ego dalam pandangan psikologi adalah bagian dari kepribadian yang memiliki fungsi sebagai mediator antara keinginan id dan tuntutan superego. Namun, apabila ego sudah berlebihan maka ia akan menjadi moster yang melahap segala kebijaksanaan serta kerendahan hati yang kamu miliki.

Ego sudah dianggap berlebihan ketika kamu merasa bahwa kamu adalah pusat dari semesta, Ego yang tumbuh subur akan menciptakan ilusi bahwa dunia berputar mengelilingi kita, seseorang yang tak bisa mengontrol egonya akan menjadi mereka lebih egois menempatkan kepentingan nya di atas segalanya tanpa melihat subtansi kepentingan hajat orang banyak. Sehingga mereka yang tak mampu mengendalikan egonya akan merasa mereka layak untuk terus diperlakukan secara istimewa.

Fenomena ini juga bisa menjadi semakin gelap dikarnakan pengaruh lingkungan yang terus memberikan validasi atas apa yang ia lakukan. Di era yang serba digital ini, ego dapat tumbuh subur sebab mendapatkan pupuk terbaik dari like, comment, dna pengakuan virtual yang sering kali superficical. Seseorang bisa terus tenggelam dalam bubble reality mereka sendiri, hal ini disebabkan oleh kehilangan kontak atas realitas yang sesungguhnya.

MinGu sudah merangkumkan juga bagaimana cara kerja pertahanan ego. Perlu diingat kembali apabila ego mulai merasa terancam ia akan mengaktifkan sebagian mekanisme pertahanan diantarnya:
  1. Proyeksi maksutnya adalah mulai menyalahkan orang lain atas kegagalan yang ia dapatkan.
  2. Rasionalisasi maksutnya adalah mencari-cari alasan yang dianggap masuk akal untuk membenarkan prilaku yang salah dari dia.
  3. Denial maksutnya adalah penolakan kenyataan yang tidak sesuai dengan self image yang ia miliki.
  4. terakhir adalah sublimasi maksutnya adalah meyalurkan frustasinya ke pada aktifitas lain yang dianggap lebih baik.

Mekanisme-mekanisme tersebut meski berfungsi sebagai perlindugan psikis, pada akhirnya mencegah seseorang dari pertumbuhan dan permbelajaran yang sesungguhnya.

Kesombongan dalam tindakan (Arogansi)

Jika pride adalah prasangka dan ego adalah konsep diri, maka arogansi adalah manifestasi eksternal dari keduanya. Arogansi adalah perwujudan nyata dari pride dan ego yang terlihat secara nyata baik itu cara seseorang berbicara, bertingkah laku, dan bagai mana cara dia memperlakukan orang lain.

Arogansi sendiri memiliki banyak wajah baik dalam bentuk intelektual yang mana ia merasa lebih pintar dari pada orang lain dan selalu meremehkan pendapat yang berbeda dari yang ia sampaikan. Ada juga arogansi sosial, di mana status kekayaan adalah alat untuk merendakan orang lain. Arogansi spiritual, yang mana seseorang merasa dirinya lebih dekat dengan Tuhan atau lebih mengetahui ilmu keagamaan.

Sikap arogansi ini tidak cocok menjadi pemimpin sebab akan menjadi bahaya apabila sifat arogansi ini dimiliki oleh seorang pemimpin. Pemimpin yang arogan cenderung untuk:

  • Tidak mampu mendengarkan masukan dari bawahan
  • Keputusan yang ia ambil berlandaskan ego dari pada kenyataan
  • Sering menciptakan budaya kerja yang toxic
  • terpustusnya hubungan dengan realitas ground level
  • gagal mengantisipasi perubahan sebab merasa sudah mengetahui segalanya

Stady Case Kehancuran Manusia Karna Pride, Ego, dan Arogansi

Dalam sejarah manusia dipenuhi dengan berbagai contoh individu yang jatuh karena kesombongan mereka. Layaknya cerita dari mitologi Yunani Narcissus yang jatuh cinta pada refleksi dirinya sendiri, hingga pemimimpin pada era moderen ini yang kehilangan kekuasaannya disebabkan arogansi mereka.

Kita kembali pada kisah mitologu Yunani Narcissus yang terbang sangat tinggi mendekatkan diri pada matahari karena kesombongannya, menyebabkan sayap lilinnya meleleh dan akhinya ia terjatuh ke laut. kisah ini merupakan metofora abadi tentang bahayanya pride yang berlebih terhadap diri sendiri.

Ada juga kisah lainnya terutama pada era moderen ini yang mana pada beberapa sektor bisnis sudah berapa banyak CEO yang jatuh karena merasa invincible?  Maka setelah itu kita akan melihat bagaimana kesombongan dan ego berlebihan menyebabkan keruntuhan perusahaan prusahaan besar.

 Sementara tulisan kita tentang Tema ini kita cukupkan sampai disini dulu yak, kita akan membahas lebih luas dan dalam lagi pada tulisan berikutnya. "See You"

Tentang Penulis:
Malik adalah penulis yang mulai aktif mengoreskan penanya dari kelas 3 SMP. Ia adalah penulis reflektif yang gemar mengeksplorasi pikiran dan perasaan manusia. Tulisannya berfokus pada Pengembangan  pengembangan diri. Temukan lebih banyak pemikirannya di blog Gudang Ilmu Kukis.

Posting Komentar